Rabu, 19 November 2008

Aksara Jawa Untuk Hidup Berselaras

  • Manawi kula ajrih, rak kirang mantep kula dhateng Gusti Kula. Payung kula Gusti Kula, tameng kula inggih Gusti Kula.
  • Namung kula mboten kenging nilar pathokan waton kola piyambak utawi supe dhateng maksud lan ancasipun agesang, inggih punika ngawula dhateng kaulaning Gusti, lan memayu ayuning urip.
  • Ingkang tansah dados ancasipun lampah kula boten sanes namung sunyi pamrih, puji kula boten sanes namung sugih, sugeng senenging sasami. Prabot kula boten sanes badan lan budi.
  • Lampah kula tansah anglampahi dados kawulaning sasami, tansah anglampahi dados muriding agesang,wajib tiyang gesang sinau anglaras batos soho raos.
Kutipan diatas saya ambil dari kata-kata Drs. R.M.P Sosrokartono yang menunjukkan pentingnya faktor aku dalam hubungan dengan Tuhan dan alam semesta - ( sagung dumadi, sagung tumitah urip ). Dan tentang bagaimana kita manusia dapat hidup berselaras dengan Tuhan, masyarakat dan alam lingkungannya saya akan menggunakan carakan Jawa sebagai acuan.

Aksara Jawa dan artiannya adalah sebagai berikut :
  • ha-na-ca-ra-ka : hananing cipta rasa karsa
  • da-ta-sa-wa-la : datan salah wahyaning lampah
  • pa-dha-ja-ya-nya : padhang jagade yen nyumurupana
  • ma-ga-ba-tha-nga : marang gambaraning bathara ngaton
Bangsa barat menyebut aksara itu sebagai lambang bunyi ucapan dari A sampai Z, tetapi bagi orang Jawa, carakan hanacarak sampai dengan selsai (nga) selain disebut aksara juga disebut sastra. Sastra yang mengungkapkan isi kandungan batin dan rasa yang harus dipelajari manusia mulai dari yang sederhana sampai dengan kawruh pangawikan luhur yang lahir dari Cipta Rasa dan Karsa manusia, sama seperti yang dikatakan dalam kutipan diatas "wajib tiyang gesang sinau anglaras batos soho raos".

Maksudnya sebagai ungkapan untuk menyatakan jatidiri manusia dalam menggapai kedewasaan hidupnya. Saya sebut demikian karena keberadaan manusia didunia ini dilengkapi dengan cipta (pikiran), rasa (perasaan), dan karsa (kemauan untuk melahirkan pakarti) yang tidak berlawana dengn laku jentera kehidupan karena semua itu sudah dikodratkan ( datan salah wahyaning lampah ). Jika demikian manusia akan selamat ( padhang jagade yen nyumurupana), sehingga manusia mampu melihat, menyadari alam kehidupan semeta ciptaan Tuhan (marang gambaraning bathara ngaton). Jadi dengan bekal Cipta, Rasa dan Karsa yang diberikan yang dikodratkan itu manusia wenang ngatur dan menentukan dirinya sendiri (mandireng pribadi).

Memang kita manusia berhak mengatur dan menentukan dirinya sendiri (mandireng pribadi), tetapi tetap ada batasannya karena manusia hidup didunia berpusat kepada AKU. AKU adalah AKU.Diluar AKU adalah kau. Kau bukan AKU. AKU adalah pusat kehidupan semesta. Kehidupan semesta dengan segala isinya bergerak, berpikir, dan hidup menurut apa yang ada pada AKU. Oleh sebab itu kita manusia menyadari sesadar-sadarnya telah menerima anugerah dari Tuhan berupa Cipta,Rasa dan Karsa, yang membuat kita mampu, bisa, berhak dan wenang untuk mengtur dan menentukan dirinya sendiri (mandireng pribadi), tetapi harus tetap ada aturannya tidak boleh keluar dari batas-batasnnya sesuai dengan wejangan Ki Sosrokartono "namung kulaboten kenging nilar pathokan waton kula piyambak".

Maka kita manusia bukan berarti mau hidup seenaknya sendiri, melainkan bisa.dapat dan mampu mengatur hidup masing-masing yang selaras dengan masyarakat serta alam lingkungannya. Karena itu di masyarakat Jawa berkembang ungkapan-ungkapan untuk mengingatkan kita seperti " aja nggugu karepe dewe", "aja mburu senenge dewe", "aja mburu menenge dewe", "aja nuhoni benere dewe" dan lain sebagainya.

Aksara Jawa selain mengandung makna mengingatkan kita agar menghormati dan menghargai sesama makhluk hidup dan alam lingkungannya sehingga tercipta hidup yang berselaras, pada ketiga dan keempat yang bunyinya " padha.........magaba......", yang bisa diartikan "padhang jagade yen nyumurupana marang gambaraning bathara ngaton"- pun mengandung arti pengakuan adanya Tuhan , yang merupakan sumber dari segala sumber alam kehidupan semesta, seperti yang dikatakan Ki sosrokartono "payung kula Gusti Kula, tameng kula inggih Gusti kula".

Hidup selaras dengan masyarakat dan alam lingkungan itulah sebenarnyayang menjadi tujuan pokok kita hidup sesuai engan ajaran kejawen bagi kita orang Jawa, sehingga terciptalah hidup yang seimbang. Akhirnya itu semua kembali kepada kita, untuk dapat menghargai dan menghormati masyarakat dan alam untuk mewujudkan kehidupan yang berselaras diatas permukaan bumi ini.


Minggu, 16 November 2008

Hening Harjanto


Senja diiringi hujan rintik hari kamis malam jum'at, terasa sakit perut istriku buru-buru aku menyiapkan segala sesuatunya karena ini pertanda akan lahirnya seoarang anak dari rahim istriku hasil buah cinta kasih kami.

Laju sepeda motorku membelah rintik hujan dengan hati yang penuh dengan gundah, ada rasa takut, senang, bahagia semua menjadi satu dan tak bisa aku rasakn mati jiwaku menyatu dengan resah anakku yang ingin segera menghirup udara kehidupan ini.

Jam sudah menunjukan pukul 11.00 WIB belum juga ada tanda-tanda kelahiran anakku,padahal 4 orang yang sama-sama masuk tadi udah melahirkan semua, ada apa ini ?semakin gundah hati ini tak menentu. Ditemani ibu mertuaku aku memanjatkan doa yang aku bisa.

Akhirnya sekitar jam 01.00 aku dipanggil suster untuk mau masuk menemani istriku memberi semangat agar bisa cepat melahirkan,dan aku mau. Didalam aku melihat itriku merintih kesakitan tak tega rasanya aku melihat ini semua Gusti Allah apa salahku sehingga istriku susah melahirkan? Darah mengalir deras keluar mengiringi hujan petir malam itu semakin lemas rasa kaki ini, tak mampu berdiri aku, meleleh juga air mata dari pelupuk mataku. Aduh aku keluar saja dak bisa aku didalam, tambah stress aku.


Kemudian sampai pukul 04.00 WIB belum juga melahirkan, dokter mamanggilku membritahukan harus cesar, jantung serasa berhenti didalam hati aku bergumam, berapa biayanya?dapat duit darimana nich?bisa gila aku.Tapi entah datang dari mana kata-kata ini akhirnya aku menyetujuinya dan mendatangani semua surat persetujuan itu. Dan operasi dilakukan jam 08.00 WIB dengan perasaan yang tak menentu.

Akhirnya bocah lucu yang kami nantikan selama ini lahir juga pada jam 09.13 WIB ditemani hujan deras yang tidak berhenti dari tadi malam,kulihat mukanya lucu sekali, bahagia menyelimutiku rasa gundah, takut dan lelah sekejap hilang hanya rasabahagia dan bahagia dalam diriku.

Bocah itu kuberi nama HENING HARJANTO yang daloam pengertianku mempunyai arti hening : kedamaian, ketentraman ,Harja :kuambil dari nama papaku raharjo yang mempunyai arti kemuliaan, kebahagiaan,atau kemakmuran sedangkan anto mempunyai arti AKU, GUSTI ALLAH atau bisa aku(diriku), jadi jika digabungkan diartikan kedamaian ketentraman hati untuk menuju kemuliaan kemakmuran dan kebahagiaan buat dirikudan untuk GUSTI ALLAH.

Semoga kehadirannya merubah kehidupan saya sekarang denga istri saya agar saya dapat membahagiakannya layaknya anak-anak yang lain. AMIN.



Senin, 15 September 2008

KENAPA KITA MEMPELAJARI KEBUDAYAAN DAN FILSAFAT JAWA ?

Kebudayaan dan filsafat jawa dalam arti seluas-luasnya sebagai salah satu kebudayaan bangsa dengan maksud dan tujuan utama mempelajarinya dan menggali nilai-nilai budaya luhur guna disumbangkan melalui dunia pendidikan dalam rangka membentuk manusia Indonesia seutuhnya serta pembinaan moral bangsa berdasarkan Pancasila. Kebudayaan jawa adalah hasil perkembangan masyarakat jawa yang dipelihara atas dasar kesadaran akan penting dan perlunya "nilai-nilai dalam masyarakat" tersebut, sedang pengetahuan dan filsafat jawa adalh ilmu pengetahuan dan filsafat asli yang timbul dalam kehidupan leluhur-leluhur kita dulu.

Perbedaan antara ilmu pengetahuan modern dengan ilmu pengetahuan jawa adalah bila ilmu pengetahuan modern mempunyai sifat yang selalu mengejar kebenaran, dan ilmu pengetahuan jawa tujuannya juga sama, tetapi bila ilmu pengetahuan modern menggunakan hasil pemikiran yang rasional dengan tujun mencapai kebenaran dengan logika sedangkan ilmu pengetahuan jawa selalu mementingkan kebenaran etika, yaitu kebenaran dengan sifat yang bermanfaat bagi masyarakat.

Berhubung dengan hal itu, kita haruslah bersikap bijaksana dan waspada terhadap arus modernisasi, walau pun kita tetap harus mengikutinya untuk mengejar kekurangan kita, namun kita tidak boleh meningggalkan ilmu pengetahuan yang diberikan oleh leluhur kita, walaupun tidak sedikit ajaran-ajaran dan pengetahuan-pengetahuan orang jawa saat ini dikatakan bahwa tidak rasional, namun sekarang ini diakui manfaatnya.

Yang dimaksud dengan "nilai-nilai dalam masyarakat" diatas adalah semua keputusan-keputusan, ketentuan-ketentuan, peraturan-peraturan, anggapan-anggapan, dan lainnya yang berlaku dalam masyarakat untuk menciptakan ketertiban,keamanan dan kesejahteraan masyarakat itu sendiri. Nilai - nilai itu diantaranya ada yang baru dan ada pula yang lama, malahan ada juga yang terlupakan, dan diantara nilai -nilai tersebut ada nilai-nilai yang baik yang masih harus kita lestarikan dan kita kembangkan, tetapi ada juga yang tidak baik atau tidak sesuai lagi dengan jaman kita sekarang sehingga dapat kita tinggalkan. Maka nilai - nilai dalam masyarakat yang baik dan dapat kita terapkan (relevant) bisa kita sebut sebagai "kebudayaan".

Oleh karena itu, maka sangat penting dan perlu untuk mengingat kembali dan menggali nilai-nilai yang sudah hilang tertelan arus modernisasi atau nilai-nilai tak bermutu, sehingga nilai - nilai adiluhung bangsa ini dapat berfungsi kembali menghidupkan Bangsa Indonesia sebagai bangsa yang beradab dan bermartabat menuju " manungsa kan wus waspadeng semu, sinamun ing samudana, sesadon ingadu manis ", yaitu manusia yang berbudi luhur, tepa seliradan asah asih asuh terhadap sesamanya.


Ditulis dari pemahaman buku " Menggali Filsafat dan Budaya Jawa "

Minggu, 14 September 2008

Gayuh Urip Kapeneran

Saat ini manusia merasa dirinya selalu benar dalam bertindak di kehidupan ini, entah itu masalah study, pekerjaan, ataupun masalah yang lainnya. Ditulisan saya yang terdahulu berjudul Ngudi sejatining apik yang dapat diartikan bahwa kebenaran yang sejati hanyalah milik Gusti Allah, Tuhan Yang Maha Esa, Allah SWT, bukanlah milik kita Manusia. Karena menurut manusia yang satu benar , belum tentu bagi manusia yang lain. Tetapi jika menurut Gusti Allah, Tuhan YME atu apapun kita menyebutnya benar, bagi manusia pasti benar karena kita semua ini hidup atas kehendak-Nya.

" Gayuh Urip Kapeneran " adalah satu kalimat yang ingin saya bahas saat ini, yang merupakan kelanjutan dari tulisan saya sebelumnya. " Gayuh Urip Kapeneran " mempunyai arti dalam bahasa Indonesia menuju kehidupan betul atau menuju hidup dalam kebetulan. " Gayuh Urip Kapeneran " ini adalah menuju kehidupan yang selaras dengan alam dan kebenaran yang hampir mendekati kebenaran yang sejati.

Lalu pertanyaannya bagaimana caranya? kan kebenaran sejati adalah milik Gusti Allah, Allah SWT, memang betul kebenaran yang sejati milik Gusti Allah tapi bagi kita manusia paling nggak bisa mendekati sesuatu yang lebih benar. Caranya adalah dengan selalu bertindak dan melakukan sesuatunya menuruti kata hati nurani, karena hati nurani merupakan tempat untuk mencari kebenaran dalam diri, saat bertindak dalam segala hal, yang mendekati dengan kapeneran. Kapeneran sendiri mempunyai makna ganda bisa kita artikan kebenaran dan juga bisa kita artikan dengan kebetulan tergantung dengan situasi dan keadaannya, tetapi saya mengartikannya dengan kebetulan.

Kenapa kok saya lebih condong mengartikannya kebetulan ? Contohya seperti ini, suatu hari saya diajak teman saya kesebuah diskotik saya bingung hati nurani saya mengatakan jangan tapi ada keinginan untuk ikut karena belum pernah masuk selama saya tinggal di kota ini, kati saya bergulat antara mau dan tidak, akhirnya saya memutuskan untuk tidak ikut walau dengan perasaan tidak enak dengan kawan saya tersebut. Pagi saat saya bertemu teman saya, dia menceritakan kalau tadi malam ada razia di diskotik tersebut dan alhasil teman saya dibawa ke poltabes dan cerita lain-lain. Di hati saya berucap alhamdulillah tadi malam ndak ikut coba kalau ikut.

Dari pengalaman saya tadi kita bisa menarik satu kesimpulan bahwa saya tidak ikut karena kebetulan menuruti hati nurani saya, maka hati nurani adalah tempat untuk bertanya segala hal yang insyaAllah mendekati kebenaran dan itulah yang saya sebut dengan kebetulan atau menuju hidup yang betul. Yang bisa membawa kita hidup di jalan yang tepat dan untuk meminimalisasi kesalahan dalam mengambil keputusan di kehidupan ini, karena manusia hidup hanya memilih dua jalan yaitu jalan sempurna atau jalan yang sesat, dan itu tergantung kita manusianya bukan?

Agak sedikit membingungkan, tetapi jika anda salah satu manusia yang berusaha memperoleh pengertian dan pengetahuan tentang hidup dengan cara menggunakan kemampuan rasio indera batin (cipta, karsa dan rasa) untuk menuju hidup yang sempurna bukan hanya hidup dengan kearifan insyaallah anda dapt memahami ini

Kamis, 11 September 2008

Ngudi Sejatining Apik

Terima kasih Gusti Allah, karena ini merupakan artikel saya yang pertama di halaman ini. Kalau kita bicara tentang peribahasa jawa atau falsafah jawa mungkin tidak akan pernah ada habisnya karena banyak sekali apabila kita gali.

Saat ini saya ingin mengangkat tentang kalimat Ngudi Sejatining Apik, yang jika kita artikan ke bahasa Indonesia berarti siapa sebenarnya yang bagus atau betulatau benar?
Karena dalam kalimat tersebut diatas jika kita jabarkan akan membuat orang beradu argumenyang nantinya akan berujung pada satu pembenaran pribadi.

Bila menurut pandangan saya,kalimat tersebut mengartikan bahwa semua orang itu benar tetapi belum betul, mengapa demikian? Karena yang menurut kita benar atau betul dan sangat yakin kita, tetapi menurut orang lain hal tersebut, pendapat itu belum tentu benar.
Maka apabila kita telaah dan kita pahami hal tersebut diatas siapa yang paling benar?siapa yang betul? Ya sepele aja, anda punya Tuhan-kan? walau dalam penyebutannnya berbeda-beda tetapi maksudnya ya tetap sama. Jadi yang mempunya kebenaran sejati tidak salah dan tidak bukan menurut sebutan saya ya Gusti Allah.

Coba kita pelajari lagi kalimat tersebut, disamping siapa yang benar, arti kalimat itu maksudnya untuk mengajarkan kita lebih menghargai perbedaan entah itu perbadaan dalam hal Agama, Budaya, Keyakinan, Pendapat dan sebagainya.Sehingga terciptalah kedamaian di bumi ini, tercipta kerukunan dak ada berita gontok-gontokaan wah penuh cinta kasih, tapi kayak dak mungkin ya? mungkin ndak? Soalnya kalau dak ada hal yang bertentangan bumi kita, alam kita tidak seimbang, kalau udah dak seimbang dah mau kiamatlah.

Tapi paling tidak kita harus sudah berpikir dan menghargai orang karena kita semakin maju, maka tanpa bisa saling menghargai dan menghormati kemajuan akan menjadi kemunduran.Itu dulu aja ya, untuk artikel kedepan saya akan mengupas tentang kalimat Gayuh Urip Kapeneran. Salam Damai......

Rabu, 10 September 2008

gagasaryo

Wahh akhirnya bisa juga saya mulai menulis diblogger, udah lama sekali dan baru hari ini mulai terkabul. Dan semoga aja nantinya saya dapat berperan aktif dalam menyampaikan tulisan-tulisan yang bermakna di blog saya ini agar dapat menambah wawasan kita semua khususnya tentang makna-makna yang saya tahu dari tanah kelahiran saya Yogyakarta.

Di blog ini saya mencoba mengupas berbagai macam keindahan tentang yogyakarta, entah itu suatu falsafah jawa, makanan, situasi kota, pariwisata dan lain-lainnya. Kenapa saya memilih untuk memfokuskan untuk menulis tentang yogyakarta? Karena saya sangat mengagumi kebudayaan dan keberagamannya, sehingga keinginan untuk mengupas lebih dalam lagi tentang kota tersebut muncul dalam diri saya.

Dan saya juga mengagumi falsafah-falsafah jawa yang menurut saya sangat bagus dan hingga saat ini pun masih dapat di praktekkan dalam keseharian kita. Sehingga di kota tersebut tercipta masyarakat yang mempunyai budi pekerti (unggah-ungguh) yang tinggi, hingga dapat tercipta masyarakat yang saling menghargai satu sam lainnya.

Jika saya bertemu dengan teman saya yang dulu sama-sama menempuh pendidikan di yogyakarta pasti mereka masih teringat dan selalu berkeinginan untuk mengunjungi kembali kota tersebut pada saat liburan.

Nah menarik sekali bukan Kota Yogyakarta, maka dari itu tunggu artikel saya tentang segala hal yang saya tahu tentang yogyakarta. Dan mudah-mudahan dapat menambah wawasan dan kerinduan kita akan kota Yogyakarta.